Fusi nuklir, kebalikan dari fisi, adalah proses penyatuan dua inti ringan menjadi inti yang lebih berat dan menggunakan energi pengikat yang dilepaskan. Namun, untuk mencapai hal ini secara terkendali sangat tidak mudah. Ini karena inti bermuatan listrik positif dan bertolakan satu sama lain dengan kuat jika dipaksa bersatu. Karena itu, sebuah gaya yang cukup kuat diperlukan untuk mengatasi gaya repulsif di antara mereka agar fusi terjadi. Energi kinetik yang dibutuhkan ini setara dengan temperatur sekitar 20-30 juta derajat celcius. Temperatur ini luar biasa tinggi sehingga tidak ada satu pun benda padat untuk menampung partikel-partikel yang akan terlibat dalam reaksi fusi ini tahan terhadapnya. Jadi, tidak ada satu mekanisme pun di dunia yang dapat merealisasikan fusi kecuali panas dari bom atom.
Reaksi fusi terjadi di matahari sepanjang waktu. Panas dan sinar yang datang dari matahari adalah hasil fusi hidrogen menjadi helium, dan energi dilepaskan sebagai ganti materi yang hilang selama perubahan ini. Setiap detik, matahari mengubah 564 juta ton hidrogen menjadi 560 juta ton helium. 4 juta ton sisa materi diubah menjadi energi. Kejadian luar biasa ini menghasilkan tenaga matahari yang sangat vital bagi kehidupan di planet kita, dan telah berjalan selama jutaan tahun tanpa jeda. Dalam benak kita mungkin akan timbul pertanyaan seperti ini: Jika setiap detik matahari kehilangan materinya sebanyak 4 juta ton, kapan matahari akan habis?
Matahari kehilangan 4 juta ton materi setiap detiknya, atau 240 juta ton per menit. Jika kita asumsikan bahwa matahari telah memproduksi energi dengan laju seperti ini selama 3 milyar tahun, maka matahari telah kehilangan massanya selama itu sebesar 400.000 juta kali juta ton, yang sama dengan seper 5000 total massa matahari sekarang. Jumlah ini seperti satu gram pasir yang hilang dari bongkahan batu seberat 5 kilogran dalam kurun 3 milyar tahun. Ini menjelaskan bahwa massa matahari sedemikian besar sehingga waktu yang sangat-sangat panjang akan terlewati sebelum matahari habis.
Abad ini, manusia hanya dapat menemukan komposisi matahari dan kejadian kejadian yang berlangsung di dalamnya. Sebelumnya, tidak ada yang pernah tahu tentang gejala seperti ledakan nuklir, fisi atau fusi. Tak seorang pun tahu bagaimana matahari menghasilkan energi. Tetapi, selagi manusia tak menyadari semua ini, matahari terus-menerus menjadi sumber energi bumi dan kehidupan, selama jutaan tahun dengan mekanisme menakjubkan ini.
Sekarang, yang benar-benar menarik adalah bahwa bumi kita telah diletakkan pada jarak sedemikian tepat dari matahari - sumber energi bermassa besar - sehingga tidak terpapar kekuatan matahari yang membakar dan merusak, sekaligus tidak kehilangan energi bermanfaat yang disediakan matahari. Demikian pula, matahari yang memiliki daya dan energi sebegitu besarnya, diciptakan pada jarak, dengan kekuatan dan ukuran, yang sempurna untuk seluruh kehidupan di bumi, dan terutama, manusia.
Massa raksasa dan reaksi-reaksi nuklir hebat yang terjadi di dalamnya terus melakukan aktivitas selama berjuta-juta tahun dalam keharmonisan sempurna dengan bumi dan perilaku terkendali. Untuk memahami betapa hebat, terkendali, dan seimbangnya sistem ini, kita hanya perlu mengingat bahwa manusia tidak mampu mengendalikan sumber tenaga nuklir paling sederhana yang didirikannya sendiri. Tak ada ilmuwan, tak peralatan teknologi canggih, yang mampu mencegah kecelakaan nuklir yang terjadi di reaktor Chernobyl di Rusia pada tahun 1986. Dikatakan bahwa efek kecelakaan nuklir ini bertahan hingga 30-40 tahun. Walaupun ilmuwan telah menutup bagian reaktor yang terkontaminasi dengan beton sangat tebal untuk mencegah kerusakan lebih lanjut, belakangan dilaporkan bahwa ada kebocoran pada beton ini.
Jangankan ledakan nuklir, kebocoran nuklir saja sudah sangat berbahaya bagi kehidupan manusia, dan sains tidak berdaya terhadap ancaman ini.
Di sini, kita berhadapan dengan kekuatan Allah yang mahaluas dan kedaulatan-Nya pada setiap partikel (atom) di alam semesta dan partikel-partikel subatomik di dalamnya (proton, netron,). Kekuatan Allah dan kedaulatan-Nya atas segala sesuatu yang diciptakan-Nya dinyatakan dalam ayat berikut: "
Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)." (QS. Yunus, 10: 62)
Selesai ditulis di Surabaya pada Juni 2010
Dikutip dari http://www.insight-magazine.com/indo/
0 komentar:
Posting Komentar
Jazakumullah Khoir